Sabtu, 31 Desember 2016

LIBURAN PART 2 : JOGJA...WE’RE COMING


Akhir pekan lalu kami gagal mendapatkan tiket Prameks ke Jogja gara-gara dadakan ke stasiun, dan terlupa kalau saat musim liburan lonjakan jumlah penumpang begitu luar biasa. Kali ini kami harus melakukan persiapan yang matang. Hari Kamis ini aku mengajukan libur sehari dari kantor, dan suamiku yang kerjanya fleksibel pun sudah mengatur jadwalnya. Rabu siang, suamiku sudah memesan tiket Prameks untuk pergi-pulang Solo-Jogja pada hari Kamis.
Kamis pun tiba, waktunya petualangan dimulai...jeng jeng jeng...


Antusiasme anak-anak saat perjalanan naik kereta Prameks

Pukul 7.00 lebih kami sudah tiba di stasiun menunggu kereta tiba. Wajah antusias anak-anak tak bisa ditutupi, terutama Aizar yang baru pertama kali ini akan merasakan sensasi naik kereta. Kereta tiba, dan para penumpang berdesakan masuk. Ooh ternyata kereta sudah penuh sesak, terpaksa kami berempat berdiri bersama penumpang lain yang tidak kebagian tempat duduk. Tak masalah...karena sedari awal kami sudah berjanji dengan menautkan jari kelingking kami bahwa apapun yang terjadi hari ini kami harus bersenang-senang.

Tak butuh waktu lama untuk sampai ke stasiun Tugu Jogja, yakni kurang lebih 1 jam. Touch down di Jogja...yeaaay we are coming! Setibanya di pintu keluar stasiun kami sudah disambut oleh tukang becak dengan rayuan mautnya. Kami pilih salah satu tukang becak yang terlihat paling semangat merayu. Lalu kami pun menuju ke Taman Pintar, area bermain terdekat dari stasiun. Di Taman Pintar ini ternyata penuh sesak dengan banyaknya rombongan keluarga dan anak-anak sekolah. Kebetulan ada hadiah menarik untuk pembeli tiket ke 1 juta. Wah tiket kami urutan keberapa ya? Aah ternyata kami belum bisa dapatkan hadiahnya. Hehe... Kami bermain sepuasnya hingga menjelang waktu Zuhur.

Melintasi bawah deretan air mancur di Taman Pintar Jogja

Selepas makan dan sholat, kami melanjutkan perjalanan ke pabrik pembuatan bakpia. Kali ini diantarkan dengan Betor atau Becak Motor, yang tarifnya lebih murah daripada becak konvensional. Istilah “pabrik” mengesankan tempat produksi skala besar, tapi pabrik bakpia yang ini termasuk salah satu home industry dimana para pengunjung yang kesana bisa melihat langsung proses pembuatan cemilan lezat yang selama ini jadi kegemaran kami. Puas memborong oleh-oleh di outlet sebelah tempat pembuatan bakpia, langsung kami menuju Malioboro. Sebuah jalan legendaris di kota Jogja yang tiap sudutnya menawarkan aneka rupa suvenir khas Jogja. Belanja disana haruslah pintar tawar-menawar ya, supaya kita mendapat harga yang wajar. Sayangnya aku bukanlah tipe yang pintar menawar dagangan, sebenarnya yang lebih pas adalah kurang tega pada penjualnya. “Ini harganya berapa Bu?” tanyaku dan langsung dijawab oleh penjual dengan sebuah harga yang fantantis tak masuk akal. “Baiklah, pasnya berapa?” tanyaku lagi. Penjual akan menyebutkan sebuah harga yang hampir separuhnya dari harga yang ditawarkan semula. Kalau aku rasa harganya cocok, transaksi jual beli terjadi. Tapi kalau tidak, aku akan cari penjual lain sampai kami temukan harga yang cocok. Dan hasilnya tararaaa... dengan uang Rp.140.000,00 kami bisa mendapatkan 2 set baby doll anak, 1 set baju santai anak, 1 daster batik lengan panjang, 1 celana joger, 1 celana santai pria. Total 6 potong baju! Lumayan, emak hemat senang sekali... (Haruskah aku bilang W O W?)

Detik berlalu begitu cepat. Tak terasa waktu hampir menunjukkan pukul 13.30. kami mempercepat langkah kami, karena kereta pulang ke Solo akan berangkat pada pukul 13.50. Menyusuri jalan Malioboro yang begitu padatnya, kami tergesa berjalan beriringan. Dengan tentengan oleh-oleh di kedua tangan dan cangklongan tas yang lumayan berat, aku agak terseok-seok menyisir jalan. Sedangkan suamiku memanggul Aizar di punggungnya, dan Raina terpaksa berlari-lari kecil mengimbangi langkah kami. Tepat sampai di pintu depan stasiun Tugu, lewat pengeras suara petugas mengumumkan kedatangan kereta Prameks yang akan kami tumpangi. Setelah melewati pemeriksaan tiket, kami setengah berlari menuju jalur 1. Kami menghempaskan diri di tempat duduk kereta dengan tampang awut-awutan dan peluh di sekujur badan. Fiuh...sekilas kulirik arlojiku pukul 13.47, nyaris saja terlambat. Tepat pukul 13.50 kereta melaju meninggalkan Jogja menuju kota kediaman kami.

Wajah-wajah kelelahan anak-anak yang terlelap dalam tidur sejenak mereka, membuat aku dan suami saling melemparkan senyum. Kelak kami ulangi lagi petualangan baru, mungkin singgah di kota lainnya, dan tentu saja akan kami ajak serta adik bungsu kesayangan mereka, Fathiya. Tunggulah saat itu tiba, anak-anakku!

2 komentar:

  1. waaww...seru yaaa...klo aku ke taman pintar dan malioboro kadangkala nekad jalan kaki lhooo

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa mb, kemaren itu sebenernya pengen jalan kaki juga, tp kasian si krucil...hihi

      Hapus