Akhir pekan lalu kami gagal mendapatkan tiket Prameks ke Jogja gara-gara dadakan ke stasiun, dan terlupa kalau saat musim liburan lonjakan jumlah penumpang begitu luar biasa. Kali ini kami harus melakukan persiapan yang matang. Hari Kamis ini aku mengajukan libur sehari dari kantor, dan suamiku yang kerjanya fleksibel pun sudah mengatur jadwalnya. Rabu siang, suamiku sudah memesan tiket Prameks untuk pergi-pulang Solo-Jogja pada hari Kamis.
Kamis pun tiba, waktunya petualangan dimulai...jeng jeng jeng...
Antusiasme anak-anak saat perjalanan naik kereta Prameks
Pukul 7.00
lebih kami sudah tiba di stasiun menunggu kereta tiba. Wajah antusias anak-anak
tak bisa ditutupi, terutama Aizar yang baru pertama kali ini akan merasakan
sensasi naik kereta. Kereta tiba, dan para penumpang berdesakan masuk. Ooh ternyata
kereta sudah penuh sesak, terpaksa kami berempat berdiri bersama penumpang lain
yang tidak kebagian tempat duduk. Tak masalah...karena sedari awal kami sudah
berjanji dengan menautkan jari kelingking kami bahwa apapun yang terjadi hari
ini kami harus bersenang-senang.
Tak butuh waktu
lama untuk sampai ke stasiun Tugu Jogja, yakni kurang lebih 1 jam. Touch down di Jogja...yeaaay we are coming! Setibanya di pintu keluar
stasiun kami sudah disambut oleh tukang becak dengan rayuan mautnya. Kami pilih
salah satu tukang becak yang terlihat paling semangat merayu. Lalu kami pun
menuju ke Taman Pintar, area bermain terdekat dari stasiun. Di Taman Pintar ini
ternyata penuh sesak dengan banyaknya rombongan keluarga dan anak-anak sekolah.
Kebetulan ada hadiah menarik untuk pembeli tiket ke 1 juta. Wah tiket kami
urutan keberapa ya? Aah ternyata kami belum bisa dapatkan hadiahnya. Hehe...
Kami bermain sepuasnya hingga menjelang waktu Zuhur.
Melintasi bawah deretan air mancur di Taman Pintar Jogja
Selepas makan dan sholat, kami melanjutkan perjalanan ke pabrik pembuatan bakpia. Kali ini
diantarkan dengan Betor atau Becak Motor, yang tarifnya lebih murah daripada
becak konvensional. Istilah “pabrik” mengesankan tempat produksi skala
besar, tapi pabrik bakpia yang ini termasuk salah satu home
industry dimana para pengunjung yang kesana bisa melihat langsung proses
pembuatan cemilan lezat yang selama ini jadi kegemaran kami. Puas memborong
oleh-oleh di outlet sebelah tempat
pembuatan bakpia, langsung kami menuju Malioboro. Sebuah jalan legendaris di
kota Jogja yang tiap sudutnya menawarkan aneka rupa suvenir khas Jogja. Belanja
disana haruslah pintar tawar-menawar ya, supaya kita mendapat harga yang wajar. Sayangnya aku
bukanlah tipe yang pintar menawar dagangan, sebenarnya yang lebih pas adalah kurang
tega pada penjualnya. “Ini harganya berapa Bu?” tanyaku dan langsung dijawab
oleh penjual dengan sebuah harga yang fantantis tak masuk akal. “Baiklah,
pasnya berapa?” tanyaku lagi. Penjual akan menyebutkan sebuah harga yang hampir
separuhnya dari harga yang ditawarkan semula. Kalau aku rasa harganya cocok,
transaksi jual beli terjadi. Tapi kalau tidak, aku akan cari penjual lain
sampai kami temukan harga yang cocok. Dan hasilnya tararaaa... dengan uang Rp.140.000,00
kami bisa mendapatkan 2 set baby doll anak, 1 set baju santai anak, 1 daster
batik lengan panjang, 1 celana joger, 1 celana santai pria. Total 6 potong
baju! Lumayan, emak hemat senang sekali... (Haruskah aku bilang W O W?)
Detik berlalu
begitu cepat. Tak terasa waktu hampir menunjukkan pukul 13.30. kami mempercepat
langkah kami, karena kereta pulang ke Solo akan berangkat pada pukul 13.50.
Menyusuri jalan Malioboro yang begitu padatnya, kami tergesa berjalan
beriringan. Dengan tentengan oleh-oleh di kedua tangan dan cangklongan tas yang
lumayan berat, aku agak terseok-seok menyisir jalan. Sedangkan suamiku memanggul
Aizar di punggungnya, dan Raina terpaksa berlari-lari kecil mengimbangi langkah
kami. Tepat sampai di pintu depan stasiun Tugu, lewat pengeras suara petugas
mengumumkan kedatangan kereta Prameks yang akan kami tumpangi. Setelah melewati
pemeriksaan tiket, kami setengah berlari menuju jalur 1. Kami menghempaskan
diri di tempat duduk kereta dengan tampang awut-awutan dan peluh di sekujur
badan. Fiuh...sekilas kulirik arlojiku pukul 13.47, nyaris saja terlambat.
Tepat pukul 13.50 kereta melaju meninggalkan Jogja menuju kota kediaman kami.
Wajah-wajah
kelelahan anak-anak yang terlelap dalam tidur sejenak mereka, membuat aku dan
suami saling melemparkan senyum. Kelak kami ulangi lagi petualangan baru,
mungkin singgah di kota lainnya, dan tentu saja akan kami ajak serta adik
bungsu kesayangan mereka, Fathiya. Tunggulah saat itu tiba, anak-anakku!
waaww...seru yaaa...klo aku ke taman pintar dan malioboro kadangkala nekad jalan kaki lhooo
BalasHapusIyaa mb, kemaren itu sebenernya pengen jalan kaki juga, tp kasian si krucil...hihi
Hapus