Sabtu, 26 Mei 2018

Resensi Novel Senja di Pokhara, Menembus Batas Kemustahilan


Informasi Novel
Judul: Senja di Pokhara
Penulis: Susi Hendarti
Penerbit: Jejak Publisher
Tahun terbit: 2017
Jumlah halaman: 187 halaman


Senja di Pokhara. Kesan romantis dan eksotis yang tertangkap dalam judul ini menguatkan ekspektasi saya akan isinya, dan membawa saya untuk menikmati lembar demi lembar novel ini.

Pada bab awal, novel ini menceritakan Nahda kecil yang ingin mengunjungi Nepal suatu hari nanti. Dari hal sederhana ini, dia menancapkan tonggak impian di dalam hati, dan terus menjaganya hingga dia beranjak dewasa. 

Hidup di tengah keluarga yang sederhana, tidak membuat Nahda berputus asa dan menyurutkan langkah. Dia terus berjuang untuk mewujudkan impiannya dengan ikhtiar tanpa henti.

Di tengah perjalanan terjal meraih impian, hati Nahda tertambat kepada sosok asing yang berbeda dalam banyak hal. Perjuangan meraih cinta dan impian Nahda harus terbentur oleh restu dari orang yang paling dicintainya. 

Ketika semua masalah berkelindan dan seakan menemui jalan buntu, Nahda memilih untuk kembali berpasrah diri kepada Tuhan. Tidak ada hal yang mustahil bagi-Nya. Ketika Dia berkehendak, semua masalah akan terurai satu persatu dengan indah.

Tidak berlebihan rasanya jika saya menyebut novel ini menarik. Saya terhanyut dengan jalan ceritanya, dan tiba-tiba menjadi melow ketika membaca di beberapa bagian yang memainkan emosi.

Diksi yang digunakan pun indah, bahkan beberapa kalimat memiliki makna filosofis cukup mendalam.

"Hiduplah kalian bersama impian, karena impian yang akan membawamu terbang melintas kemustahilan." (Hal. 9)

"Cinta bukan masalah jarak. Cinta adalah perkara hati yang bisa didekatkan berhimpit meski jarak membentang ribuan mil." (Hal. 45)

Saya terpesona dengan pemilihan sebagian setting cerita di tempat-tempat eksotis seperti Shimla, Kathmandu, maupun Pokhara. Saya merasa jika penulis lebih mengeksplorasi sisi-sisi unik dari tempat ini, akan menjadikan novel ini semakin menarik.



Novel ini bukan sekadar kisah cinta biasa, tetapi juga sarat perjuangan menggapai impian dan nilai-nilai religius. Tulisan yang mengingatkan kita bahwa tidak ada sebaik-baik penolong selain Tuhan. Tidak ada yang sanggup menembus batas kemustahilan selain kekuatan-Nya.

Di balik kegigihan Nahda, ada kerapuhan pada sosoknya, seperti halnya pada diri setiap manusia. 

Impian Nahda memberinya bahan bakar yang menyulutkan semangat untuk terus berjuang dan mengencangkan doa.

Novel "Senja di Pokhara" patut dibaca dan dihayati bagi siapa pun yang memeluk erat impiannya.