Sumber foto : http://aboutislam.net/
Tragedi yang telah berlangsung bertahun-tahun di Aleppo sangatlah rumit. Isi kepalaku
ini tak mampu untuk mengurai benang kusut kejadian di sana. Pengepungan, penggempuran,
penindasan...silih berganti tiada henti.
Aku hanyalah seorang ibu.
Sungguh sedih tiap kali menyaksikan anak-anak yang menjadi
korban dari kebrutalan serangan di kota itu. Tak terbayang betapa besarnya kekuatan yang mereka miliki untuk tetap bertahan hidup. Bagaimana mereka bisa menikmati indahnya masa kanak-kanak? Sedangkan menjalani hari demi hari diiringi derum pesawat tempur, dentuman roket, dan desingan peluru. Sama sekali bukanlah masa yang indah untuk mereka bertumbuh. Sangat
tipis perbedaan antara hidup dan mati, karena sewaktu-waktu nyawa mereka taruhannya. Bahkan
hidup mereka berakhir sebelum benar-benar dimulai.
Aku juga seorang tenaga kesehatan.
Tak habis pikir mengapa pusat layanan medis pun menjadi
target serangan. Bukankah dalam peperangan, fasilitas ini seharusnya tetap dilindungi?
Sungguh miris mengetahui banyaknya korban dari kalangan tenaga kesehatan, yang telah
membaktikan hidup mereka untuk menolong sebanyak mungkin warga di sana.
Tahukah bahwa kami para tenaga kesehatan telah disumpah untuk
melakukan tugas atas dasar kemanusiaan? Tahukah bahwa sudah kewajiban kami
untuk membantu siapapun tanpa memandang ras, agama, parpol, bahkan kedudukan
sosial? Jika kini semua luluh lantak, kemana lagi perginya perempuan yang akan
melahirkan, anak-anak yang kesakitan, dan warga yang terluka?
Pedih...menyaksikan tragedi kemanusiaan ini terulang lagi dan
lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar