Minggu, 01 Januari 2017

HIKMAH LUAR BIASA DARI ORANG BIASA

Sumber foto : http://www.kabarmuslimah.com/

Kisah 1

Dulu sewaktu awal menikah, kami tinggal di rumah kontrakan di sebuah kawasan bernama Gumpang, dekat Surakarta. Mungkin orang se-Gumpang raya dan sekitarnya tahu warung sayur-mayur dan lauk pauk dekat pertigaan jalan  ini...Warung ini begitu populer di kalangan emak-emak, karena letaknya yang strategis berada di dekat perumahan dan dagangannya juga komplit. Kami nggak perlu pergi jauh ke pasar untuk belanja keperluan dapur. 

Tiap pagi hingga petang nggak pernah sepi dari pembeli...

Oleh tetangga sebelah rumah, aku sering mendengar cerita kalau sedang rame-ramenya pembeli di warung itu, adaaa saja orang yg berlaku nggak jujur. Ada ibu-ibu yang suka mengutil bungkusan berisi ayam, daging, ikan atau lauk-pauk yang lain. Astaghfirullah...benar-benar memanfaatkan keadaan deh. Ternyata pemilik warung pun sebenarnya tahu kejadian itu. Mbah Mar, kami memanggilnya demikian, hanya mendiamkan saja. Justru malah tetanggaku yang sering gemas, menanyakan kejadian itu ke pemilik warung.

Tetangga : "Mbah, si anu atau si ini tadi ngambil sebungkus ayam lho..."
Mbah Mar : "Saya sebenarnya juga tahu kok Bu, nggak apa-apa lah...biarin aja"
Tetangga : "Lha gimana to mbah, nanti kalau nggak ditegur malah jadi tuman (terbiasa-       bahasa jawa)"
Mbah Mar : "Sudah...nggak apa-apa...nanti juga ada gantinya"

Wow woles banget...Asli takjub mendengarnya.

Masih ada ya orang seperti ini di jaman sekarang.
Tapi benar juga kok, rejeki memang nggak akan tertukar. Kenyataannya warung itu tambah laris manis.
Di saat warung sekitarnya gulung tikar dan tutup, warung yang ini tetap berjaya.

=======

Kisah 2

Anda tahu penjual tenongan? Penjual makanan keliling yang biasanya menggunakan keranjang bertumpuk-tumpuk, kadang ada menggendong keranjangnya sembari berjalan kaki menjajakan dagangannya, ada pula yang menaiki sepeda ataupun motor.

Di kantor tempatku bekerja ada seorang penjual tenongan yang cukup legendaris.
Sudah puluhan tahun dia menjadi langganan karyawan kantorku dan kantor-kantor lain sepanjang Jalan Jajar.

Sering kami iseng-iseng menanyakan padanya mengapa dia sanggup bertahan untuk jualan keliling. Untung yang diraupnya pun pastilah tidak seberapa. Terkadang dia naik motor, tapi lebih sering harus naik turun bus dan berjalan kaki mengukur jalan. Tiap hari terpaksa panas-panasan ataupun kehujanan.
Belum lagi kalau ada pembeli yang berhutang, dia nggak pernah menagihnya.
Kalaupun besok-besok dibayar ya syukur Alhamdulillah, tapi kalau terlupa nggak dibayar ya dikhlaskan.
Lah, prinsip jualan yang aneh bukan? Hanya berlandaskan prinsip kepercayaan antara penjual dan pembeli...

Lalu dia melanjutkan cerita, dari hasil jerih payahnya ini dia bisa menyekolahkan anak pertamanya setamat SMK. Dengan kehendak Allah, anak sulungnya ini pun akhirnya mendapat pekerjaan yg cukup mapan di sebuah perusahaan pertambangan di luar Jawa. Si sulung mampu menyekolahkan adiknya di bangku kuliah jurusan keperawatan.

=======

Gusti Allah niku mboten sare...

Yang aku lihat dari sosok mereka adalah orang-orang biasa dengan sifatnya yang luar biasa.
Berjuang tanpa lelah menjemput rizki-Nya tapi tak pernah lupa untuk selalu bersyukur dan merasa cukup dengan segala pemberian-Nya. 
Mereka percaya bahwa rizki itu tak akan tertukar.
Mungkin dari keikhlasan mereka bekerja, justru Allah memberikan balasan dengan cara lain yang tak disangka-sangka.

Dari orang-orang berhati besar ini aku banyak mengambil hikmah.
Saat suatu ketika suamiku meminta pendapatku untuk pertimbangan haruskah dia mengambil sebuah pekerjaan baru yang cukup menjanjikan. Tapi pekerjaan ini beresiko mendapatkan uang yang justru kurang jelas halal tidaknya.

Aku : "Kalau aku nggak mau dikasih uang yang kurang berkah lho Mas, yang pasti-pasti aja ya..."

Suami : "Iya...makanya dari awal aku juga ragu mau ambil"

Bukannya kami berdua sok suci ataupun sudah nggak butuh uang lagi. Justru kebalikannya, butuh sekali malahan hehe...
Tapi kami sedang belajar dengan menerima sesuatu yang sedikit, nantinya akan mengundang hal-hal yang besar datang.
Di dalam hati pun terasa adem ayem, masih bisa makan enak dan tidur pun nyenyak.
Tugas kami hanyalah mengencangkan doa dan ikhtiar. Hasilnya biarlah Allah yang menentukan.
Pekerjaan halal apapun bisa kita jadikan ladang kebaikan, semua tergantung niatan masing-masing.

Alangkah Dia Maha Adil dan Maha Kaya.
Bukankah sebaik-baik pembalasan adalah dari-Nya?
Bukankah rizki yang dicurahkan kepada kita tak harus berupa materi yang berlimpah?
Bisa jadi rizki itu berupa pasangan sejati, keluarga yg harmonis, anak yang sholih, sahabat dan tetangga yang baik, kesehatan, ketenangan jiwa, maupun kebaikan lain yang tidak pernah putus.

Belajar dari orang-orang biasa yang sungguh luar biasa
Belajar tiada henti dari kehidupan...


3 komentar:

  1. Betul ya mbak. Rizki itu tak selalu hrs berupa materi....

    BalasHapus
  2. Betul ya mbak. Rizki itu tak selalu hrs berupa materi....

    BalasHapus