Sabtu, 31 Desember 2016

LIBURAN PART 2 : JOGJA...WE’RE COMING


Akhir pekan lalu kami gagal mendapatkan tiket Prameks ke Jogja gara-gara dadakan ke stasiun, dan terlupa kalau saat musim liburan lonjakan jumlah penumpang begitu luar biasa. Kali ini kami harus melakukan persiapan yang matang. Hari Kamis ini aku mengajukan libur sehari dari kantor, dan suamiku yang kerjanya fleksibel pun sudah mengatur jadwalnya. Rabu siang, suamiku sudah memesan tiket Prameks untuk pergi-pulang Solo-Jogja pada hari Kamis.
Kamis pun tiba, waktunya petualangan dimulai...jeng jeng jeng...


Antusiasme anak-anak saat perjalanan naik kereta Prameks

Pukul 7.00 lebih kami sudah tiba di stasiun menunggu kereta tiba. Wajah antusias anak-anak tak bisa ditutupi, terutama Aizar yang baru pertama kali ini akan merasakan sensasi naik kereta. Kereta tiba, dan para penumpang berdesakan masuk. Ooh ternyata kereta sudah penuh sesak, terpaksa kami berempat berdiri bersama penumpang lain yang tidak kebagian tempat duduk. Tak masalah...karena sedari awal kami sudah berjanji dengan menautkan jari kelingking kami bahwa apapun yang terjadi hari ini kami harus bersenang-senang.

Tak butuh waktu lama untuk sampai ke stasiun Tugu Jogja, yakni kurang lebih 1 jam. Touch down di Jogja...yeaaay we are coming! Setibanya di pintu keluar stasiun kami sudah disambut oleh tukang becak dengan rayuan mautnya. Kami pilih salah satu tukang becak yang terlihat paling semangat merayu. Lalu kami pun menuju ke Taman Pintar, area bermain terdekat dari stasiun. Di Taman Pintar ini ternyata penuh sesak dengan banyaknya rombongan keluarga dan anak-anak sekolah. Kebetulan ada hadiah menarik untuk pembeli tiket ke 1 juta. Wah tiket kami urutan keberapa ya? Aah ternyata kami belum bisa dapatkan hadiahnya. Hehe... Kami bermain sepuasnya hingga menjelang waktu Zuhur.

Melintasi bawah deretan air mancur di Taman Pintar Jogja

Selepas makan dan sholat, kami melanjutkan perjalanan ke pabrik pembuatan bakpia. Kali ini diantarkan dengan Betor atau Becak Motor, yang tarifnya lebih murah daripada becak konvensional. Istilah “pabrik” mengesankan tempat produksi skala besar, tapi pabrik bakpia yang ini termasuk salah satu home industry dimana para pengunjung yang kesana bisa melihat langsung proses pembuatan cemilan lezat yang selama ini jadi kegemaran kami. Puas memborong oleh-oleh di outlet sebelah tempat pembuatan bakpia, langsung kami menuju Malioboro. Sebuah jalan legendaris di kota Jogja yang tiap sudutnya menawarkan aneka rupa suvenir khas Jogja. Belanja disana haruslah pintar tawar-menawar ya, supaya kita mendapat harga yang wajar. Sayangnya aku bukanlah tipe yang pintar menawar dagangan, sebenarnya yang lebih pas adalah kurang tega pada penjualnya. “Ini harganya berapa Bu?” tanyaku dan langsung dijawab oleh penjual dengan sebuah harga yang fantantis tak masuk akal. “Baiklah, pasnya berapa?” tanyaku lagi. Penjual akan menyebutkan sebuah harga yang hampir separuhnya dari harga yang ditawarkan semula. Kalau aku rasa harganya cocok, transaksi jual beli terjadi. Tapi kalau tidak, aku akan cari penjual lain sampai kami temukan harga yang cocok. Dan hasilnya tararaaa... dengan uang Rp.140.000,00 kami bisa mendapatkan 2 set baby doll anak, 1 set baju santai anak, 1 daster batik lengan panjang, 1 celana joger, 1 celana santai pria. Total 6 potong baju! Lumayan, emak hemat senang sekali... (Haruskah aku bilang W O W?)

Detik berlalu begitu cepat. Tak terasa waktu hampir menunjukkan pukul 13.30. kami mempercepat langkah kami, karena kereta pulang ke Solo akan berangkat pada pukul 13.50. Menyusuri jalan Malioboro yang begitu padatnya, kami tergesa berjalan beriringan. Dengan tentengan oleh-oleh di kedua tangan dan cangklongan tas yang lumayan berat, aku agak terseok-seok menyisir jalan. Sedangkan suamiku memanggul Aizar di punggungnya, dan Raina terpaksa berlari-lari kecil mengimbangi langkah kami. Tepat sampai di pintu depan stasiun Tugu, lewat pengeras suara petugas mengumumkan kedatangan kereta Prameks yang akan kami tumpangi. Setelah melewati pemeriksaan tiket, kami setengah berlari menuju jalur 1. Kami menghempaskan diri di tempat duduk kereta dengan tampang awut-awutan dan peluh di sekujur badan. Fiuh...sekilas kulirik arlojiku pukul 13.47, nyaris saja terlambat. Tepat pukul 13.50 kereta melaju meninggalkan Jogja menuju kota kediaman kami.

Wajah-wajah kelelahan anak-anak yang terlelap dalam tidur sejenak mereka, membuat aku dan suami saling melemparkan senyum. Kelak kami ulangi lagi petualangan baru, mungkin singgah di kota lainnya, dan tentu saja akan kami ajak serta adik bungsu kesayangan mereka, Fathiya. Tunggulah saat itu tiba, anak-anakku!

Senin, 26 Desember 2016

KENCAN BERDUA


Sumber foto : http://www.goodmorningquote.com/


Sempat terpikirkan olehku untuk kencan berdua saja. Kali ini bukan dengan pasangan, melainkan dengan putri sulungku yang berusia 7 tahun, Raina. Tapi karena kesibukan masing-masing, rencana itu terlupakan begitu saja. Pada hari kerja aku disibukkan dengan urusan kantor, sedangkan saat di rumah aku harus membagi perhatianku untuk ketiga putra-putriku. Hingga aku temukan sebuah artikel di sebuah komunitas parenting asuhan bunda Elly Risman di facebook, yang mengupas tentang pengalaman admin mengajak anaknya untuk nge-date berdua saja. Bagaimana cara ini bisa menambah kedekatan hati antara orang tua dan anak. Wah pas sekali ini, aku jadi teringat lagi dengan rencana kami yang tertunda.

Akhir pekan itu, aku sengaja luangkan waktu untuk menemani Raina jalan-jalan. Saat aku sampaikan ideku ini dia langsung terlonjak gembira. Just the two of us. Nggak perlu jauh-jauh juga kok, cukup ke mall terdekat saja hehe... Aku ajak dia ke toko buku, kubiarkan dia memilih satu buku yang ingin dia beli. Sebelumnya aku ajak dia bermain sejenak di area permainan anak. Lalu kami singgah ke food court, lagi-lagi aku biarkan dia bebas memilih menu favoritnya. Sudah kuduga kalau Raina akan memesan es krim crepes dengan taburan coklat yang yummy dan kentang goreng kesukaannya... Sembari kami melahap kudapan yang lezat ini, kami berdua mengobrol seru tentang apa saja. Terkadang aku sendiri tidak terlalu mengerti apa yang Raina ceritakan, karena gaya ceritanya yang mengalir begitu saja penuh ledakan semangat dan imajinatif. Tak apalah, aku dengarkan saja. Aku senang melihatnya tertawa, dan aku pun senang mendengarkan alunan suara cemprengnya. Walaupun hanya berlangsung selama beberapa jam saja, tapi sepanjang waktu itu perhatianku hanya untuk Raina seorang. Tidak berbagi perhatian dengan adik-adiknya, bahkan tersita oleh gadget. Tentu saja aku tunda dulu keinginan untuk mengintip HP maupun online.


Hari itu aku sebut hari spesial yang kupersembahkan untuk Raina. Dia merasa begitu istimewa dengan cara kita memperlakukannya. Boleh juga nih kalau kedepannya kami jadikan rutinitas, dan jika tiba saat yang tepat nanti akan kulakukan juga hal yang sama bersama adik-adiknya. Tampak sekali kalau Raina begitu antusias kencan bersama ibunya. Rasanya bibir ini ingin terus-menerus menyunggingkan senyuman. Meskipun sepulang dari acara kencan hujan turun dengan lebatnya, kami terjang saja dengan riang gembira. Bahagia itu sederhana. Kenangan yang indah bersama anak adalah harta karun kita. Kelak ini akan menjadi hal yang sangat berharga buat kami berdua. 


Sabtu, 24 Desember 2016

LIBURAN PART 1 : TAMAN SRIWEDARI


Beberapa wahana permainan di THR Sriwedari


Pukul 7.30 kami berempat (tanpa si bungsu) sudah tiba di stasiun Purwosari. Rencana awal aku dan suamiku ingin mengajak Aizar untuk merasakan sensasi naik kereta api dari Solo ke Yogyakarta. Aizar tampak tak sabar ingin menaiki kereta Prameks, gara-gara terprovokasi cerita kakaknya, Raina, yang dulu pernah kami ajak melancong ke Bandung naik kereta api. Tapi sayangnya, tiket Prameks menuju Yogya telah ludes terjual hingga periode keberangkatan siang. Yah, musim liburan seperti ini pastilah moda transportasi umum sesak dijejali penumpang yang akan bepergian.
Terpaksalah kami berganti rencana. Anak-anak kami ajak berkeliling kota Solo dengan menaiki bus Batik Solo Trans. Asyik juga lho...sepanjang jalan kami membicarakan hal-hal yang kami lihat di jalan.
Setelah puas berkeliling kota, kami ajak mereka ke Taman Hiburan Rakyat (THR) Sriwedari. Tiket masuk per orang Rp. 10.000,00 dan di tiap wahana permainan anda diharuskan membeli tiket lagi. Buat anda yang tidak mau repot cukup membeli tiket terusan untuk digunakan sebagai tiket masuk ke berbagai macam wahana permainan. THR Sriwedari memiliki wahana permainan yang cukup komplit. Mulai dari bom bom car, perahu kecil, carousel, kereta monorail, sampai dengan mini coaster yang sanggup membuat anak-anak berteriak heboh. Setelah mencoba wahana permainan pilihan Raina dan Aizar, mereka pun berenang sepuasnya di kolam renang khusus anak.
Tapi entah kenapa wahana-wahana ini terkesan suram dan saat kesana pun tidak begitu ramai pengunjung. Padahal dari segi sarana prasarana dan biaya tiketnya, Sriwedari seharusnya bisa bersaing dengan taman hiburan yang lain.
Wajah ceria Raina dan Aizar


Alhamdulillah, indahnya hari ini. Mentari juga bersinar cerah sepanjang hari. Untuk bersenang-senang bersama keluarga tidak harus bepergian jauh dan mengeluarkan biaya yang mahal. Sejak awal anak-anak juga menepati janji mereka untuk bergembira hari ini, yaaa...tidak boleh ada yang cemberut dan bermuka muram. Gurat kelelahan jelas terlihat saat mereka pulang, tapi kami tahu dari binar mata mereka terpancar kebahagiaan. 

SAAT HARUS MEMASAK

Sumber foto : http://www.getnowapp.com/


Mungkin salahku sendiri...mengapa sejak kecil aku tidak pernah berurusan dengan dapur. Nggak mau tahu urusan memasak tepatnya. Dari kecil hingga aku beranjak dewasa, asisten rumah tanggalah yang lebih sering menghidangkan aneka hidangan lezat di rumahku. Ibuku yang seorang tenaga kesehatan berdedikasi tinggi, juga sering memasakkan makanan favorit kami sewaktu ada waktu luang atau saat liburan. Tapi aku sendiri tak pernah tertarik membantu mereka di dapur. Hah...anak perempuan macam apa aku ini? 

Untungnya saja setiap kali berlibur ke rumah eyangku di Blora, beliau memberikan tugas di dapur dan aneka tips dasar memasak, mulai dari mengupas bawang, mengulek bumbu, menumis, mengiris-iris, memarut kelapa, sampai mengenalkanku aneka macam bumbu masakan. Bayangkan kalau saja eyangku tak pernah menyeretku ke dapur, pastilah aku tak pernah bisa membedakan mana laos dan kencur hehe...

Hingga waktunya aku berumah tangga dan mengontrak sebuah rumah, aku berterus terang ke suami jika istrinya ini tak piawai memasak. Kami lebih sering beli makanan jadi daripada memasak sendiri. Saat sedang mood untuk memasak, suami mau nggak mau terpaksa menghabiskan makanan yang kumasak biarpun rasanya mungkin ngalor ngidul alias nggak jelas...

Setelah pindah ke rumah sendiri, aku memiliki asisten rumah tangga yang menginap di rumah dan otomatis aku serahi urusan memasak. Sempat beberapa kali berganti asisten, dan aku pun masih jarang memasak. Sampai sekitar empat bulan yang lalu, asisten rumah tanggaku pamit karena ajakan anaknya untuk ikut merantau ke luar Jawa. Sempat kalang kabut mencari pengasuh untuk si bungsu yang baru berumur dua tahun, akhirnya kami menemukan penggantinya dari kampung sebelah, dan setiap hari pulang pergi. Oke it’s fine... aku masih bisa menangani urusan rumah termasuk menyiapkan keperluan ketiga anak-anakku sebelum berangkat ke kantor. Apalagi si sulung masuk sekolah pukul 6.30. Jika harus menunggu asistenku yang datangnya pukul 6.30 untuk memasak, si sulung pastilah berangkat sekolah dengan perut kosong. Untuk sarapan anak-anak bisa beli makanan jadi, pikirku. Tapi baru beberapa kali berjalan, ah anak-anakku mulai bosan dengan menu yang itu-itu saja, nafsu makan mereka pun jadi berkurang. Bisa runyam nih urusannya...

Oke...aku harus bisa memasak! Tekad yang membara di dalam dada, demi memberikan yang terbaik untuk anak-anak.

Mulailah aku hampir tiap hari belanja keperluan dapur, sayuran, lauk pauk, dan tetek bengeknya. Lalu aku mulai menyusun menu harian yang terdiri dari sayur dan lauknya, kadang bisa 2 macam menu (pedas dan tidak pedas). Langkah selanjutnya adalah aku mengumpulkan resep dari berbagai sumber, mulai dari tanya ke saudara, teman, lihat tayangan kuliner di televisi, tapi kebanyakan dari browsing internet. Alhamdulillah...kecanggihan teknologi pun bisa membantu emak-emak seperti aku ini. 

Jangan ditanya sulitnya bagiku memberikan takaran gula garam yang pas. Awal-awal aku memasak, keluargaku terpaksa makan dengan rasa masakan yang amburadul. Meskipun suami diam saja, tapi anak-anakku yang polos itu melayangkan protes. Memang benar pepatah ala bisa karena biasa... Aku mulai menemukan polaku sendiri untuk memasak. Aku anggap saja memasak seperti halnya trial and error praktikum jaman kuliah. Jikalau gagal membuat masakan yang lezat, jangan langsung putus asa dan mesti dicoba lagi. Aku nggak boleh gengsi untuk bertanya kepada orang lain yang lebih piawai. Tak ketinggalan suamiku terus menyemangati, “Kamu itu harus lebih pede masak!” katanya berkali-kali.

“Bu...Ibu...aku nambah lagi ya makannya...”. Sepenggal kalimat yang terlontar dari anak-anakku inilah membuatku harus terus memasak untuk mereka, menyiapkan menu sehat yang menunjang tumbuh kembang mereka dengan tanganku sendiri dan diracik dengan bumbu rahasia. Ssstt mau tahu bumbu rahasianya? Sebongkah cinta...

Kamis, 22 Desember 2016

TIPS PRAKTIS MEMILIH OBAT YANG AMAN UNTUK IBU HAMIL

Sumber foto : http://www.ladycarehospital.com/

Pernahkah Anda mendengar peristiwa kelahiran ratusan bayi dengan kelainan yang terjadi di Eropa berpuluh tahun silam? Tepatnya pada tahun 1960-1961 di wilayah Eropa, terutama di Jerman Barat dan Inggris, lebih dari 300 bayi dilahirkan dengan kondisi yang mengenaskan dalam kurun waktu hampir bersamaan. Peristiwa yang disinyalir terjadi karena para ibu ini mengonsumsi obat  tidur Thalidomida saat kehamilan trimester awal. Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut oleh para ahli farmakologi, baru diketahui bahwa ada obat-obatan yang tidak boleh dikonsumsi sembarangan semasa hamil.

Nah, ibu yang sedang hamil tentunya tidak ingin terjadi hal-hal yang membahayakan janinnya. Tapi selama kehamilan, kita tidak bisa menjamin kondisi ibu hamil selalu fit. Seringkali muncul keluhan-keluhan yang mau tidak mau harus segera ditangani. Misalnya pegal-pegal, pusing, mual muntah, diare, sembelit, batuk pilek dan sebagainya.

Lalu, adakah tips untuk memilih obat yang aman untuk ibu hamil? Yuk bunda, simak tips praktis berikut ini :
1. Baca baik-baik brosur atau label peringatan di kemasan obat.
Jangan mengira bahwa semua obat bebas yang dijual di toko ataupun obat herbal itu aman untuk kehamilan. Biasakan untuk membaca brosur/label kemasan obat. Obat yang mempengaruhi kehamilan akan tercantum pada brosur/label kemasan obat.

2. Bunda bisa membaca di buku MIMS, atau bisa juga lho melihat informasi tentang indeks keamanan penggunaan obat dalam kehamilan secara online di www.mims.com dengan register terlebih dahulu, lalu search obat yang akan dicek dan klik pregnancy category.
Sekilas tentang indeks keamanan kehamilan, indeks ini dirumuskan oleh US FDA (United States Food and Drug Administration) untuk mengelompokkan obat berdasarkan katagori keamanan untuk kehamilan. Apa saja ya katagorinya?
Katagori A : penelitian menunjukkan bahwa obat memiliki risiko kecil untuk membahayakan janin. Jadi istilahnya awamnya, obat yang masuk katagori ini aman dikonsumsi ibu hamil.
Katagori B : penelitian pada hewan percobaan menunjukkan hasil yang aman untuk kehamilan, tapi belum ada cukup penelitian untuk ibu hamil. Atau malah sebaliknya, uji pada hewan percobaan menunjukkan efek samping pada kehamilan, tapi hasil penelitian pada ibu hamil tidak menunjukkan risiko yang membahayakan kehamilan. Jadi obat yang masuk katagori ini masih cukup aman dikonsumsi ibu hamil.
Katagori C : Belum ada cukup penelitian tentang risiko obat terhadap kehamilan. Obat yang masuk katagori ini hanya digunakan jika manfaatnya lebih besar daripada risikonya terhadap janin. Hati-hati ya Bunda, pemberian obat ini harus dibawah pengawasan dokter.
Katagori D : Ada bukti bahwa obat berisiko terhadap janin, tapi masih bisa digunakan dalam mengatasi  keadaan yang mengancam jiwa, atau pada penyakit serius dimana tidak ada pilihan obat lain. Sekali lagi, hanya dokter yang boleh memberikan obat ini ya Bunda.
Katagori X : Terbukti berisiko terhadap janin, jadi istilahnya obat ini tidak boleh dipakai pada ibu hamil atau kontraindikasi pada ibu hamil.

3. Jika Bunda masih memerlukan penjelasan lebih lanjut, jangan segan untuk berkonsultasi dengan dokter atau apoteker. Ceritakan kondisi Bunda yang sedang hamil saat memeriksakan diri ke dokter atau datang ke apotek.

4. Jika memungkinkan, pilihlah terapi tanpa obat untuk membantu meringankan keluhan Bunda.
Misalkan untuk mengatasi keluhan mual dan muntah, makanlah dalam porsi kecil tapi sering, dan hindari makanan yang memicu mual. Untuk mengatasi sembelit, Bunda bisa mengonsumsi makanan yang kaya serat seperti aneka sayur dan buah. Untuk mengatasi nyeri kepala, Bunda bisa berbaring dan kompres dengan air, lakukan relaksasi secara teratur. Untuk mengatasi pegal di pinggang, lakukan peregangan ringan dan mandi air hangat, Bunda juga bisa minta suami memijat punggung anda. Untuk mengatasi radang tenggorokan, cobalah kumur-kumur pakai air garam, hangatkan dada dan punggung dengan minyak gosok.
Jika keluhan yang dirasakan tidak segera hilang, segeralah cek ke dokter.

Ingat ya Bunda, berhati-hatilah dalam memilih obat saat Anda hamil. Jangan sembarangan mengonsumsi obat dan pastikan obat yang Anda konsumsi aman untuk kehamilan. Jaga kondisi tubuh agar tetap fit dengan mengatur pola makan yang sehat, cukup istirahat, dan rutin berolahraga ringan seperti jalan kaki. Nikmatilah masa-masa kehamilan Bunda, jalani dengan hati yang penuh syukur dan bahagia. 

Minggu, 18 Desember 2016

AIR MATA UNTUK ALEPPO

Sumber foto : http://aboutislam.net/


Tragedi yang telah berlangsung bertahun-tahun di Aleppo sangatlah rumit. Isi kepalaku ini tak mampu untuk mengurai benang kusut kejadian di sana. Pengepungan, penggempuran, penindasan...silih berganti tiada henti.

Aku hanyalah seorang ibu.
Sungguh sedih tiap kali menyaksikan anak-anak yang menjadi korban dari kebrutalan serangan di kota itu. Tak terbayang betapa besarnya kekuatan yang mereka miliki untuk tetap bertahan hidup. Bagaimana mereka bisa menikmati indahnya masa kanak-kanak? Sedangkan menjalani hari demi hari diiringi derum pesawat tempur, dentuman roket, dan desingan peluru. Sama sekali bukanlah masa yang indah untuk mereka bertumbuh. Sangat tipis perbedaan antara hidup dan mati, karena sewaktu-waktu nyawa mereka taruhannya. Bahkan hidup mereka berakhir sebelum benar-benar dimulai.

Aku juga seorang tenaga kesehatan.
Tak habis pikir mengapa pusat layanan medis pun menjadi target serangan. Bukankah dalam peperangan, fasilitas ini seharusnya tetap dilindungi? Sungguh miris mengetahui banyaknya korban dari kalangan tenaga kesehatan, yang telah membaktikan hidup mereka untuk menolong sebanyak mungkin warga di sana.
Tahukah bahwa kami para tenaga kesehatan telah disumpah untuk melakukan tugas atas dasar kemanusiaan? Tahukah bahwa sudah kewajiban kami untuk membantu siapapun tanpa memandang ras, agama, parpol, bahkan kedudukan sosial? Jika kini semua luluh lantak, kemana lagi perginya perempuan yang akan melahirkan, anak-anak yang kesakitan, dan warga yang terluka?

Pedih...menyaksikan tragedi kemanusiaan ini terulang lagi dan lagi.



TERIMA KASIH GARUDA MUDA

Sumber gambar : https://en.wikipedia.org/

Nyesek...
Itulah perasaanku dan mungkin jutaan orang lainnya yang menyaksikan pertandingan final leg kedua piala AFF 2016 semalam.
Harapan kami melihat Indonesia tampil sebagai juara pupus sudah saat wasit meniupkan peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan.
Tampak jelas betapa kecewanya para pemain dan jajaran pelatih di lapangan. Banyak diantara mereka yang tertunduk lesu dan bahkan menitikkan air mata. Bagaimana tidak jika kemenangan sudah membayang di depan mata, karena tim Garuda sudah memenangkan pertandingan final leg pertama dengan skor 2-1.

Harus kita akui, timnas Thailand tampil cukup impresif dalam pertandingan semalam dan membuat skuad Garuda beberapa kali kewalahan menahan gempuran lawan.
Kemenangan tim Thailand dengan agregat skor 3-2 mau tidak mau harus diterima dengan lapang dada. Daftar prestasi timnas Garuda sebagai runner up pun makin panjang.
Tidak perlu mencari kambing hitam atas kekalahan timnas Garuda kali ini. Setelah terbebas dari sanksi FIFA dan dibalik persiapan mereka yang relatif singkat, tampil sebagai runner up Piala AFF adalah prestasi yang membanggakan. Ada baiknya perhatian semua pihak yang terkait lebih fokus pada bagaimana timnas kembali mencetak prestasi demi prestasi, bukanlah terus berebut menciptakan sensasi.

Tegakkan kembali kepalamu wahai Garuda Muda. Pulanglah dengan bangga, karena kalian sudah berjuang mengharumkan nama Indonesia. Sekali lagi, terima kasih untuk kalian...

APA PASSION-MU?


 
Sumber foto : http://idealistcareers.org/


Salah satu keponakanku adalah perempuan yang berpendidikan tinggi, semasa gadisnya dia bekerja di salah satu bank. Lalu setelah menikah dan memiliki anak dia memutuskan untuk resign. Setelah di rumah saja, muncullah ide-ide kreatifnya untuk menggeluti bidang usaha yang sesuai dengan passion-nya. Dia suka menjahit, dan senang meng-update tren fashion. Mulailah dia berburu segala hal yang berbau fashion, mulai dari kaos, gamis, blus, jilbab sampai sepatu dan tas. Dirintisnya bisnis fashion yang lebih banyak dipasarkan secara online. Bahkan sempat pula dia menjahit jilbab dan pakaian sendiri untuk dijual kembali. Hingga akhirnya dia membangun butik mini di rumahnya, meskipun jualan online masih terus dilakukan.

Dua orang teman kuliah seangkatan denganku ini juga menjadi sosok inspiratif. Mereka mengerjakan sebuah bisnis yang diawali dari passion mereka. Yang satu sebagai penata rias dan pengelola sebuah wedding organizer. Lalu yang satu lagi mengembangkan usaha di lini fashion dan berhasil melakukan branding sebagai salah satu merek busana syar’i yang tetap tampil stylist dan kasual.

Salah satu rekan senior yang sangat kukagumi. Sejak muda beliau menjalankan berbagai macam usaha, mulai dari jualan seprei, makanan, kosmetik dan banyak lagi lainnya. Meskipun usahanya banyak mengalami pasang surut, beliau tidak pernah menyerah dan tidak mau berhenti belajar, bahkan sampai sekarang. Yang membuatku salut, beliau selalu menomorsatukan keluarga dan semua yang dilakukannya haruslah seijin suami. Tapi dari berbagai usahanya itu yang paling membuatnya bersemangat adalah usaha di bidang kuliner. Memasak adalah hobinya, yang membuatnya menikmati dan mencintai setiap prosesnya.

Lain halnya dengan teman suamiku. Teman kerjanya ini seorang sarjana pendidikan yang suka sekali dengan musik. Dia menguasai beberapa alat musik seperti organ, keyboard maupun gitar. Kemudian dia membuka usaha sampingan dengan membentuk band pengisi hiburan musik di acara-acara pernikahan, dan dia sendiri pun ikut tampil menawan di panggung pertunjukan. Teman suamiku yang lain, lulusan teknik yang sangat menggemari desain grafis. Dia pun memutuskan untuk menggeluti bidang usaha desain grafis dan usahanya kini pun makin berkembang. Justru dari usaha yang berawal dari hobi ini mereka mendapatkan penghasilan yang jauh lebih besar daripada gaji sebagai karyawan.

Aku senang menjalani profesiku, berhadapan dengan berbagai karakter pasien yang ajaib dan berinteraksi dengan mereka. Tapi hal ini aku lakukan karena pengabdian profesiku. Aku kerap kali bertanya-tanya pada diriku sendiri. Apa yang membuat hatiku terbakar semangat? Dengan melakukannya aku seperti mendapat kepuasan tersendiri. Hmm...sungguh tak mudah menjawabnya. Karena jujur saja, aku tak punya keahlian khusus seperti memasak, menjahit, dandan, ataupun selera fashion yang oke.

Proses untuk menemukan apa sebenarnya passion-ku sangatlah panjang. Dimulai dari mencari tahu apa kegemaranku. Iyaa...aku senang sekali membaca. Sejak kecil aku sudah berlangganan majalah Bobo dan Ananda, lalu aku mulai membayangkan betapa senangnya jika cerpenku dimuat disana. Aku ingat bahwa semasa kecil aku punya buku khusus tempatku menuangkan ide-ide dalam bentuk naskah cerpen, tapi sayangnya aku tak pernah punya keberanian untuk mengirimkan naskahku. Seiring kesibukan sekolah, kuliah lalu kerja, aku mulai menguburkan semua impianku. Membaca dan menulis tidak lagi menjadi prioritasku. Hari-hariku mengalir apa adanya. Atas seijin-Nya aku dipertemukan dengan orang-orang yang memiliki minat yang sama denganku. Semangat mereka pun menular kepadaku. Mulailah aku rasakan gairah yang dulu aku miliki bangkit lagi. Kepercayaan diriku makin besar, mulailah aku suarakan isi hatiku lewat tulisan. Tak perlulah memikirkan banyaknya pembaca yang like atau komen. Akhirnya kutemukan passion-ku. Menulis bagiku bukan hanya sekedar berbagi, tapi juga mengobati kegalauan hati. Writing is healing...

Yuk segera temukan apa passion-mu, lakukan dengan bahagia, dan sungguh akan kau dapati bahwa hidupmu lebih berwarna...

Sabtu, 17 Desember 2016

SENTILAN PAGI

Terkadang sentilan ke kita bisa lewat apa aja. 
Kali ini datang dari seorang anak tinggi kurus yg sedang PKL di tempat kami.
Kejadian ini sekitar tiga bulan yang lalu.
Cowok abege 17th ini pembawaannya kalem, nggak banyak omong.
Dari pengamatan kami, dia performanya paling menonjol dibandingkan teman-temannya.
Kerjanya cukup teliti dan bisa menyesuaikan diri dengan semrawutnya dunia kerja yang rempongnya dari pagi sampai sore...
Aku biasanya bukan tipe orang yang terlalu memperhatikan kebiasaan orang lain.
Tapi beberapa hari ini agak merasa aneh saja liat anak ini.
Sementara temen-temannya minta ijin untuk sholat dan pergi makan siang ke kantin kantor, tapi anak ini setelah sholat langsung balik lagi ke kantor.
Hmm...awalnya iseng aja nanya, "Kamu nggak jajan Dik?"
"Uangnya mau diirit-irit Bu..."
"Kamu dikasih uang saku dari orang tuamu, kan? Harian atau gimana?"
"Iya Bu, saya dikasih uang saku mingguan, sebanyak 20ribu seminggu..."

Whaaat??? Speechlessss *drama queen mode on*

Berarti kalau dihitung-hitung jatah sehari cuma 3000-4000 aja!
Padahal makan di kantin itu paling nggak minimal menghabiskan 5000-an (nasi sayur aja, nggak pakai lauk kayaknya)
Jam kerja PKL mengikuti jam kantor dari pagi sampai sore lhoo...
Anakku yg masih kelas 1 SD aja uang sakunya maksimal 5000 sehari
Terus besoknya disaat santai kami tanya lagi tentang keluarganya, mengalirlah cerita gimana pontang-panting orang tuanya mencari nafkah
Kebetulan orang tuanya buka usaha sendiri di rumah...
Gimana dia membantu orang tuanya kerja, mampu menyiapkan keperluannya sendiri termasuk memasak jika ibunya tak lagi sempat
Yang membuat hati makin semriwing, dia masuk ke sekolahnya ini dengan beasiswa full untuk uang gedung maupun SPP. Semoga kelak dia pun mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan ke bangku kuliah.
Saat dia berbagi cerita kepada kami, entah bagaimana awalnya dia mulai menitikkan air mata, membuat kami yang melihatnya jadi terbawa suasana.
Subhanallah...sungguh Maha Adilnya Dia 
Allah telah menganugerahkannya otak cerdas yang masih bisa terasah.
Dalam kondisi keluarga yang pas-pasan dia mampu menunjukkan prestasi.
Justru keadaan yang seperti ini akan melecutnya menjadi pribadi tangguh dan penuh daya juang.
Aku jadi ngaca lagi udah sejauh mana diri ini bersabar, bersyukur, dan berjuang...

Bersabarlah Dik, karena itu akan meringankan langkahmu...
Bersyukurlah Dik, karena Dia sedang menempamu menjadi sebongkah berlian, bukanlah arang...
Berjuanglah Dik, karena dengan kehendak-Nya kelak engkau bisa mengangkat derajat orang tuamu...

Rabu, 14 Desember 2016

RESEP NUGGET HOMEMADE


Yuk bunda, cobain buat nugget sendiri...gampang banget ternyata
Selain bebas dari bahan pengawet dan zat aditif lainnya...rasanya juga endess
Bahan dasar bisa dari daging ayam, tapi yang seneng ikan bisa pake tengiri atau dori
Aku pernah nyoba buat dua-duanya, sama-sama enak kok
Kalo pake daging ayam, rasa nugget tidak terlalu amis
Anak senang...ibu pun tenang

======================

Resep Nugget Homemade

Bahan : 
200 gr Daging ayam giling atau ikan dori/tengiri yang dihaluskan
Telur 1 butir
3 sdm tepung roti/panir
2 sdm tepung tapioka/maizena(aku pake maizena)
Bawang putih 3 siung, haluskan
Merica secukupnya
Garam secukupnya
Gula pasir 1/2 sdt
Keju (opsional)

Bahan pelapis :

Telur + sedikit garam, kocok lepas
Tepung roti/panir secukupnya

Cara membuat :
~ Campur semua bahan jadi satu, aduk rata, koreksi rasa
~ Siapkan loyang, olesi margarin tipis-tipis
~ Masukkan adonan kedalam loyang, ratakan
~ Kukus selama 25 - 30 menit sampai benar-benar matang. Kalo kurang matang, akan lembek saat diiris.
~ Setelah matang, potong-potong sesuai selera (resep ini bisa utk 16 potong dg ketebalan 1cm)
~ Masukkan ke telur kocok, lalu gulingkan di tepung roti. Ulangi step ini sekali lagi supaya lebih crispy
~ Goreng di api kecil sampai warna kecoklatan

Kalo nggak mau digoreng semua bisa disimpan di freezer...
Gimana bunda, mudah bukan?
Selamat mencoba yaa...

IKUT TRAINING MENULIS, SIAPA TAKUT?

Sumber foto: pendoasion.wordpress.com


Kegersangan terasa bukan karena kurang harta tapi karena kurang ilmu.

Status facebook dari Indari Mastuti ini berhasil memancing rasa penasaranku atau istilah masa kininya kepo maksimal, siapa sebenarnya beliau ini?

Indari Mastuti, sosok yang telah lama malang-melintang di dunia kepenulisan. Kiprah Indari Mastuti dalam hal pemberdayaan perempuan, khususnya di dunia bisnis dan menulis tak diragukan lagi. Melalui lembaga yang dibentuknya, IndScript Training Centre (ITC) telah menelurkan banyak perempuan yang menuangkan ide-ide kreatifnya lewat karya tulisan. ITC ini merupakan sebuah lembaga dibawah naungan perusahaan IndScript Creative, dimana Perempuan Inspiratif NOVA 2016 ini menjabat sebagai CEO perusahaan.

ITC semakin melebarkan sayapnya dalam  mengadakan training menulis artikel dengan menggandeng sebuah Agensi Artikel yang bernama @JoeraganArtikel. Sebuah kolaborasi cantik yang bersinergi untuk meningkatkan skill peserta training menulis artikel dalam membuat artikel pesanan, job review, dan cara berpenghasilan melalui blog.
Berbeda dengan training menulis artikel lainnya, training yang dilakukan secara online ini sangat menekankan pada praktek, praktek, dan praktek. Selain mendapatkan materi kepenulisan, peserta juga dikawal untuk langsung mengerjakan artikel pesanan. Kesempatan emas menjadi penulis profesional pun terbuka lebar bagi para lulusan training ini, untuk kemudian direkrut menjadi tim penulis inti di emakpintar.asia, dan akan terus dibina dalam meraih jenjang karir kepenulisan selanjutnya.

Aku telah lama menguburkan impian sebagai penulis. Hingga minat menulisku kembali bangkit saat bergabung dengan sebuah komunitas online bentukan Indari Mastuti, dimana beliau mengatakan bahwa kita harus berani bermimpi. Ketika mendapat informasi training menulis yang diadakan @JoeraganArtikel, aku pun langsung menghubungi Ummi Aleeya selaku Trainer dan Owner @JoeraganArtikel. Jangan ragu untuk menghubungi beliau jika Anda punya minat yang sama denganku. Mindset yang akan terbentuk adalah menulis itu mudah, jika tidak puas dengan tulisan pertama maka buatlah tulisan yang kedua lalu berikutnya. Practice makes perfect.

Dua srikandi Indonesia, Indari Mastuti dan Ummi Aleeya, layak dijadikan sosok inspiratif bagi banyak perempuan Indonesia. Memberikan kesempatan pada para Bunda untuk berpenghasilan melalui profesi menulis artikel dari rumah, merupakan motto dari ITC dan @JoeraganArtikel. Sebuah cita-cita luhur untuk membantu banyak perempuan Indonesia menjadi sosok yang mampu berkarya tanpa meninggalkan kodrat mereka sebagai istri dan ibu. Karena dari seorang perempuan lahirlah sebuah peradaban.

RESEP SCHOTEL MACARONI


Hujan-hujan itu enaknya nyantai di rumah dan ngemil bareng keluarga
Bingung membuat kudapan yang gampang dan disukai anak-anak?
Yuk cobain buat schotel macaroni
Cara buatnya bisa dipanggang di oven ataupun dikukus
Isiannya bisa pake daging cincang atau kornet, bisa juga diganti dengan wortel...selera masing-masing aja yaa

=========

Resep Schotel Macaroni


Bahan : 
100 gr macaroni (aku pake ½ bungkus La Fonte)
2 siung bawang putih, haluskan
⅓ bawang bombay, cincang
1 butir telur, kocok
200 ml susu cair (aku pake 1 dus Ultramilk putih 200ml)
Keju Quick melt, diparut
Wortel, diparut
Lada secukupnya 
Gula garam secukupnya

Cara membuat :
~ Rebus air tambahin sedikit minyak goreng, masukkan macaroni saat mendidih, rebus 10-15 menit, tiriskan

~ Tumis bawang bombay, bawang putih sampai harum

~ Tambahkan sedikit air, masukkan macaroni, lada, gula, garam, susu, parutan keju, parutan wortel...boleh ditambahin penyedap rasa (kalo aku nggak pake), jangan lupa koreksi rasa yaa

~ Biarkan mengental sambil sesekali diaduk

~ Matikan kompor saat udah mengental. Diamkan 1-2 menit, lalu masukkan telur kocok, campur rata

~ Masukkan kedalam loyang, ratakan, dan beri parutan keju diatasnya

~ Kukus selama ± 20 menit

~ Sajikan bersama saus sambal...hmm nyam nyam rasanya

Selamat mencoba...


RESEP AYAM KREMES




Terinspirasi saat lihat Chef Rudi sebuah tayangan kuliner di sebuah stasiun TV 
Akhirnya diniatkan untuk nyoba buat ayam kremesan sendiri
Selama ini selalu beli jadi dan tinggal lepp aja, nggak pernah mau repot
Tapi kayaknya seru juga kalo sesekali men-challenge diri sendiri

MasyaAllah ternyata tricky buanget bikin kremesan... 
Kayaknya sih gampang tapi nggak boleh meremehkan
Kurang minyak atau minyak kurang panas kremesan jadi menggumpal, minyak terlalu panas jadi gosong
Setelah melewati beberapa kali percobaan, taraaa...jadilah kremesan yang layak makan haha
Aah tapi gimanapun puaaas bisa bikin ayam kremes sendiri, dan langsung ludes diserbu anak-anak
Kalau saya sih makannya pake nasi anget, sambel bawang, dan daun singkong rebus

Nikmaaat...

==============

Ayam Kremes

Bahan : 
1 ekor ayam pejantan, potong kecil-kecil
Air 
1 ruas Laos
1 ruas Jahe
1 batang Serai
3 lembar Daun salam
Gula garam
Bumbu halus :
5 bawang merah
5 bawang putih 
2 cm kunyit
1 sdm ketumbar
5 buah miri

Bahan kremesan :
± 300 ml Air rebusan ayam
120 gr tepung kanji
5 sdm tepung beras
1 kuning telur
1 sdt baking powder
2 bawang putih
Sedikit ketumbar+lada
Garam

Cara membuat : 
~ Masukkan bumbu halus dan bumbu lainnya kedalam air, rebus ± 15 menit dg panci terbuka
~ Masukkan ayam dalam panci, rebus ± 15 menit dg panci terbuka, koreksi rasa
~ Tutup panci dan rebus selama ± 30 menit
~ Matikan api, biarkan panci terbuka sampai benar-benar dingin ayamnya (kata chef Rudi, saat dibiarkan dingin inilah proses bumbu meresap sampai kedalam ayam)
~ Tiriskan ayam dan goreng
~ Membuat kremesan : campur semua bahan kremesan, panaskan minyak agak banyak dan pastikan sudah panas, baru kucur-kucurkan adonan beberapa sendok, goreng sampai keemasan, tiriskan...ulangi sampai adonan habis

Selamat mencobaa...

Kamis, 08 Desember 2016

HATI-HATI CLBK LEWAT MEDIA SOSIAL


Sumber foto : theguardian.com

Ya Allah...tambah keren aja nih orang
Wah karirnya makin melejit deh kayaknya…
Senyumnya ituu…masih sama seperti yang dulu

Tak sadar kalimat-kalimat ini terbersit dalam hati saat kita lihat foto atau status “sang mantan”. Adakah yang punya pengalaman sama? Hehe…cukup dijawab dalam hati saja.

Berawal dari sebuah cerita yang saya dapat beberapa waktu lalu, pengalaman pribadi yang dialami seorang mahmud (mamah muda) dan cerita lain yang banyak berseliweran di timeline facebook…
Dari yang semula penasaran bagaimana ya kabar “sang mantan” sekarang,seperti apa ya dia dan keluarganya sekarang
Lalu iseng-iseng stalking status facebook atau instagramnya, diam-diam menjadi follower setianya. Rajin pula mengirim like dan komen ditiap statusnya.
Muncullah rasa rindu dan perasaan ingin mengulang masa lalu yang mungkin terasa indah, dan berharap dia juga menaruh perhatian yang sama dengan kita.
Lama-lama tangan jadi gatal ingin menyapanya secara personal.
Gayung bersambut, dia pun ternyata juga senang bertukar sapa dengan kita..
Berlanjutlah nostalgia dan saling curhat.
Benih-benih CLBK (Cinta Lama Bersemi Kembali) pun kian hari kian mekar.
Yang paling menyedihkan jika berujung ke perselingkuhan dan rumah tangga pun diambang kehancuran.

Berlebihankah cerita saya? Ooh tentu tidak…
Tanpa kita sadari, sekarang fenomena ini makin marak terjadi.
Di era serba digital dimana akses internet sudah bukan barang langka lagi, banyak orang mudah sekali terkoneksi lewat media sosial, baik facebook maupun instagram.

Mengapa untuk mencari tahu kabar “sang mantan” sangatlah menggelitik?
Banyak faktor yang membuat kita melakukannya.
Pertama, kita belum bisa move on dari masa lalu. Kenangan indah yang dilalui bersama mantan, karena yang dulu kita alami hanyalah kenikmatan semu semata. Kebaikan dari mantan yang lebih banyak tampak, dan keburukannya masih banyak tersembunyi. Sedangkan disaat kita berumah tangga, segala kebaikan dan keburukan pasangan terpampang jelas di depan mata.
Kedua, kurang harmonisnya kita bersama pasangan. Ada titik dimana perasaan jenuh, bosan, atau tidak puas dengan pasangan memuncak. Hal ini lantas dijadikan alasan untuk mencari sebuah pelarian.
Ketiga, ekspektasi kita terhadap pasangan terlalu tinggi. Hal ini membuat kita tidak bisa berdamai dengan realitas yang ada. Muncullah kegelisahan dan kekecewaan yang berlebihan. Hingga sang mantan hadir dengan membawa “keinginan” kita.

Lalu, wajarkah jika kita menyimpan rasa kagum kepada “sang mantan”?
Menurut saya sih sangatlah wajar dan manusiawi jika kita mengagumi seseorang.
Hanya saja tempatkan kekaguman itu pada tempat yang proporsional, janganlah mengambil tempat utama di hati kita.
Kalau perlu masukkan saja perasaan itu ke dalam safety box, lalu kunci rapat kotaknya, dan buang ke laut saja kuncinya…hehe

Nah, bagaimana jika sudah telanjur CLBK?
Ambil waktu khusus untuk merenung.
Seseorang yang  sedang dikuasai hawa nafsu biasanya bersikap emosional dan melakukan pembenaran.
Merenunglah dengan hati yang bening. Bertanyalah ke diri sendiri, apakah selama ini saya salah? Bagaimana dengan pasangan saya? Lalu bagaimana dengan masa depan rumah tangga dan anak-anak saya?Apakah rela semua hancur demi kenikmatan semu belaka?

Berhentilah membandingkan pasangan dengan orang lain, terutama mantan.
Seringkali yang tampak hanyalah keburukan pasangan, padahal sebenarnya tanpa kita sadari lebih banyak kebaikannya.
Karena kebaikan pasangan mungkin hanya kita anggap sebagai rutinitas atau kewajiban saja
Ketika mulai membandingkan dengan orang lain, kita pun selalu merasa  rumput tetangga lebih hijau. Apalagi kalau godaan CLBK itu datang, bahaya deh…
Disaat mulai muncul desir lain didalam hati, sudah saatnya alarm  tanda STOP berbunyi nyaring. Ingatlah kembali kebaikan-kebaikan pasangan.
Dalam Islam, ikatan pernikahan disebut sebagai suatu ikatan perjanjian yang kuat dan kokoh (mitsaqan ghaliza).  Jangan lupa mohon pertolongan Allah untuk kembali meneguhkan ikatan pernikahan kita, sehingga rumah tangga sakinah, mawadah, warohmah bukanlah angan kosong belaka.

Bijak memanfaatkan waktu untuk online
Pembatasan waktu online hanya 4 jam sehari menurut saya cukup efektif dan efisien. Masih banyak hal di dunia nyata yang menuntut perhatian penuh kita, seperti waktu bersama keluarga dan lingkungan sekitar, membereskan pekerjaan rumah tangga, mengasuh anak, bisnis, bekerja, belajar, dan terutama beribadah. Kita bisa dengan bijak memilah mana menjadi prioritas kita, termasuk “bergaul” di media sosial. Tidak semua hal dari media sosial yang bisa membawa manfaat bagi kehidupan kita.
Kitalah yang seharusnya mengendalikan media sosial sesuai dengan keinginan dan kebutuhan kita, bukanlah media sosial yang justru menguasai diri kita. Sepakat?