Beberapa
waktu lalu, aku mengajak putriku, Raina, membeli kacang
tanah mentah di pasar.
Nenek
penjual kacang mentah ini ternyata juga menjual gethuk,
tiwul, dan sawut...makanan khas tempo doeloe...
Setelah kubayar kacangnya, nenek ini justru
memberikan bonus sebungkus gethuk dan sawut yang diserahkan ke Raina.
"Iki Nduk, diparingi Simbah yo..." (ini Nduk, dikasih Nenek
ya...)
Whoaa... satu kejadian
menyentil lagi untukku.
Bahwa memberi tidak harus menunggu saat kita sudah berkecukupan.
Tapi di saat dalam keterbatasan pun, kita
bisa memberi dengan apa saja yang kita punya saat itu.
Mungkin tidak harus berupa materi, tapi sebentuk
perhatian kecil yang tulus seperti ini pun bisa sangat menyentuh hati.
Teman-teman yang berdomisili
di Salatiga tentu sudah tak
asing dengan Alun-alun Pancasila. Sewaktu sore hari ada penjual kacang dan
jagung rebus yang tua renta mangkal di dekat lokasi Masjid Agung. Dengan gerobak kecilnya dia menunggu pembeli datang.
Saat itu ada seorang yang
mendekat menawar jualannya,
“Mbah
sebungkus kacangnya berapa?”.
“Lima
ribu saja...”.
“Lhooo,
nggak boleh kurang to?”.
“Belum
boleh Bu... kalau nggak jadi beli juga nggak apa-apa...”,
katanya pasrah.
========
Penjual kacang mentah dan penjual kacang rebus itu
masih menjemput rizki di usianya yang sudah senja.
Kemanakah keluarganya atau anak-anaknya?
Apakah tak ada yang peduli?
Hmm...tak perlu kita
berburuk sangka kepada mereka. Aku sendiri sering bertemu dengan orang tua yang
menolak diam beristirahat karena sedari muda mereka sudah terbiasa bekerja keras.
“Yen
thenguk-thenguk ngenteni kiriman anak, malah awake lara...(Kalau
berdiam diri menanti kiriman anak, malahan badan terasa sakit)”, begitu kira-kira
alasan yang mereka lontarkan.
Tapi ada juga orang-orang
renta yang masih terus berjuang menyambung hidup dengan menjaga diri dari
meminta-minta, mereka melakukan apapun untuk mendapatkan sesuap nasi, termasuk
berjualan apa saja.
Kadang begitu beratnya kita
mengeluarkan uang lebih untuk para
penjual
di pinggir jalan, bahkan untuk harga yang terhitung wajar saja kita masih getol
menawar dengan harga lebih
rendah.
Tapi jika kita belanja di
sebuah mall, supermarket atau makan di restoran, kita rela membayar dengan
harga berapa pun meskipun jauh lebih mahal.
Sedikit rupiah yang kita
bayarkan untuk pedagang renta ini, mungkin saja berarti banyak bagi mereka.
seperti nenek saya dulu, sudah sepuh masih juga jualan. sudah dilarang sama anak dan cucunya masih tetap saja....
BalasHapusNaah iya kan mba? tapi kadang kita udah suudzon duluan sm keluarganya. makasih udah mampiiir
BalasHapus