Minggu, 24 Desember 2017

Jejak Kebaikan


Hidup di zaman now di mana semua serba digital, menyebabkan hilangnya sebagian kepedulian kita terhadap lingkungan sekitar. Bahkan kita lebih memilih untuk bercengkarama dengan layar datar persegi daripada memerhatikan yang ada di sekeliling kita.

Terkikisnya rasa kepedulian ini kadang membuatku miris. Di beberapa situasi, pandangan lebih sering tertuju dunia maya di dalam gadget daripada mengamati dunia di sekitar kita.

Belum lagi adanya kasus kejahatan yang semakin marak terjadi di sekitar kita, baik kejahatan kerah putih maupun kriminal. Motif dan modusnya pun beragam. Hampir setiap hari media massa menayangkan berita kejahatan ini. Dengan dalih yen ora ngedan ora keduman (kalau tidak main gila tidak bakal kebagian), banyak orang yang menghalalkan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan maupun kepuasan dirinya.

Betulkah masyarakat kita separah itu? Masih adakah orang-orang yang memiliki hati nurani dan kepedulian dengan sekitar? Masihkah ada setitik embun yang menyejukkan? 

Sampai suatu ketika aku dipertemukan dengan kejadian demi kejadian yang membuatku yakin bahwa masih banyak orang peduli di sekeliling kita.

Cerita 1
Beberapa kali aku menemukan sepasang suami istri tuna netra ini berobat di fasilitas kesehatan tempatku bekerja. Beberapa kali mereka datang bersama kerabat yang mengantar. Tapi tak jarang mereka datang bersama putrinya yang masih kecil. Jarak dari tempat tinggal mereka dengan ke tempat kerjaku ini lumayan jauh. Mereka harus beberapa kali ganti kendaraan umum. Namun di balik keterbatasan mereka, pasutri ini percaya bahwa kebaikan tertebar di tiap belahan bumi Allah. Ada orang yang dengan sukarela membantu mereka, mulai dari mencarikan kendaraan umum, menyeberangkan, bahkan sekedar menunjukkan jalan. 

Kegiatan Sosial di Barak Pengungsian 
Korban Banjir dan Tanah Longsor


Cerita 2
Kegiatan alumni identik dengan reuni untuk bernostalgia. Namun alumni salah satu SMU di Sukoharjo ini sedikit berbeda. Para alumni sepakat untuk menunjukkan sisi kepedulian kepada korban banjir dan tanah longsor di daerah Wonogiri. Kegiatan kemanusiaan ini dilakukan untuk meringankan beban dan menerbitkan senyuman para korban banjir dan tanah longsor. Hmm, patut ditiru, bukan?

Cerita 3
Waktu sepulang dari sebuah acara, aku berboncengan dengan suami melalui jalan raya Jogja-Solo yang sungguh ramai. Dari jauh kami melihat ada ibu penjual sayur yang menyeberang jalanan dengan sepedanya. Tak diduga, sepeda si ibu oleng sampai akhirnya dia terjatuh di tengah jalan, berikut sayur mayur yang dijualnya. Seketika banyak orang yang berdatangan untuk menolong si ibu. Seseorang dengan sigap lari ke tengah jalan untuk menghentikan laju kendaraan-kendaraan. Sedangkan orang-orang membantu meminggirkan si ibu, sepeda, dan barang-barangnya. Bahkan ada yang membelikannya segelas teh hangat dari warung terdekat. Kepedulian yang kami lihat ini sungguh spontan, tanpa ada skenario.

------

Di sekelilingku ternyata masih banyak orang yang memilih peduli dan berbuat baik. 

Aku melihat beberapa orang yang melakukan sedekah nasi bungkus ke orang-orang jalanan, tukang becak, ataupun pak ogah (sebutan untuk orang yang membantu mengatur lalu lintas).
Beberapa teman dan pasien lain yang menggenapi tagihan pengobatan dari pasien yang tidak kuat membayar.
Seorang pemilik toko bahan bangunan yang rutin memberikan donasi pembangunan masjid.
Seorang pemilik kios di pasar yang sukarela menjagakan kios sebelahnya ketika pemiliknya sedang sholat. 
Orang-orang yang kukenal mengorbankan waktunya untuk mengelola TPA (Taman Pendidikan AlQur’an) atau seorang ustadz yang mengisi kajian-kajian agama  dengan ikhlas lillahi ta'ala.  
MasyaAllah, itulah pahlawan kebaikan masa kini.

Kebaikan yang Universal

Kebaikan itu universal. Seperti yang dicontohkan manusia pilihan Allah, Muhammad SAW. Aku teringat sebuah kisah legendaris Nabi Muhammad SAW dengan pengemis Yahudi buta. 

Pengemis buta itu sudah lama menjadi hater Muhammad. Setiap saat dia menghina bahkan merendahkan Muhammad SAW. Meskipun demikian masih ada orang yang berbaik hati yang dengan lemah lembut menyuapinya setiap hari. 

Sampai suatu ketika orang yang menyuapinya tak lagi datang. Hingga Abu Bakar datang menawarkan diri untuk menyuapi si pengemis buta, berusaha berlaku lemah lembut dan menahan amarah karena terus mendengarkan hinaan pengemis atas Muhammad SAW. Si pengemis buta tahu kalau yang menyuapinya ini bukanlah orang biasanya. Dia pun menghardik Abu Bakar, “Kau bukanlah orang yang biasanya."

Abu Bakar menangis tersedu-sedan, “Ketahuilah bahwa orang yang biasa menyuapimu kini telah wafat, aku hanya ingin melanjutkan kebaikannya. Orang tersebut tak lain adalah Muhammad SAW, yang telah tiap hari kauhinakan."

Si pengemis buta tersentak dan cahaya hidayah Allah merasuk kuat ke dalam kalbunya. 

Betapa mulianya akhlak yang ditunjukkan sosok Muhammad SAW, Nabi akhir zaman. 

-----

Kepedulian dan kebaikan yang kita lakukan ibarat sebuah lingkaran domino, akan kembali lagi menyentuh diri kita. Bisa jadi doa yang diijabah oleh-Nya berasal dari orang yang menerima kebaikan kita. Bisa jadi ridha Allah turun karena kebaikan kecil yang kita sudah lupakan.

Tidak ada salahnya kita mengikuti perkembangan zaman. Namun cobalah sejenak untuk membuka mata lebar-lebar terhadap kejadian di sekitar kita. 

Angkatlah kepala kita untuk sesaat, dan amati sekeliling kita. 

Jadilah hero zaman now, bagian dari orang-orang yang peduli dan memutuskan untuk berbuat baik meskipun terlihat sederhana. 
Sesederhana melakukan donasi  melalui Dompet Dhuafa.

Semoga kita pun bisa membentang dan meninggalkan jejak kebaikan di muka bumi, untuk tujuan meraih ridha Illahi.

#BulanKemanusiaan
#HeroJamanNow
#MembentangKebaikan


2 komentar:

  1. Aamiin..
    ان احسنتم احسنتم لاءنفسكم و ان اساءتم فلها

    Inspiring bgt, mba beip..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasiih mbak Riska... Sebenarnya remindernya buat saya juga

      Hapus